Mengembangkan Bermedia Sosial yang Sehat di Masa Pandemi
Entah harus dimulai dari mana. Pandemi emang mengubah segalanya. Bahkan cara seseorang bermedia sosial yang agaknya berubah dengan segala hal di dalamnya. Meski bagi seorang seperti saya, bermedia sosial itu sebenarnya adalah bagian dari kehidupan pribadi. Bahkan media sosial menyokong dan berperan penting untuk menghidupi saya sebagai seorang milenial yang memang identik dengannya. Ya karena kadung nyemplung sebagai influencer yang mana media sosial atau medsos adalah senjata perang saya melawan kemiskinan.
Tapi menururt saya PR saat ini adalah bagaimana bermedia sosial yang sehat di masa pandemi saat ini?! Karena pandemi, medsos satu dua tahun ini begitu riuh dengan info pandemi yang begitu masif tapi di sisi lain juga destruktif. Tumpang tindih antara informasi positif dan hoaks. Atau kalau sebagai influencer bagaiamana sih mengembangkan media sosial yang sehat, ga toxic dst?!
Nah saya sebagai influencer (amatir) ini mencoba menerapkan beberapa hal yang menjadi cara saya bermedia sosial yang sehat versi gue.
Niat Menciptakan Realita
Realitas adalah produk kesadaran. Hingga pengukuran dilakukan maka realita, massa dan partikel hanya ada sebagai kemungkinan. Bahwa kesadaran yang tercipta dari pikiran berkaitan dengan dunia materi di sekitar kita. Karena pikiran kita tentang realita sebenarnya menciptakan konstruksi fisik dari apa yang kita lihat di hadapan kita. Jika kita melihat dunia di sekitar sebagai sesuatu yang biasa saja maka dunia kita akan biasa saja. Namun jika kita memilih untuk meihat dunia ini sebagai tempat yang luar bisa maka dunia akan jadi luar biasa.
Tidak Judgemental
Berapa banyak setiap kolom komentar medsos kita dipenuhi oleh komen yang begitu meresahkan. Netizen kita bahkan dikenal kurang beradab oleh Microsoft, berdasarkan surveynya. Hal ini menjadi indikasi betapa bar-barnya tingkah jari-jari netizen dalam mengungkapkan pendapatnya di ranah media sosial.
Hampir setiap kasus pemberitaan lebih banyak atau ramai orang menomentari dengan tidak pada tempatnya. Alih-alih berkomentar yang positif atau membangun, yang ada saling gontok-gontokan tak mau kalah. Sehingga orang lebih suka keriuhan yang sebenarnya jauh dari substansi yang dibahas.
Saring sebelum Sharing
Sepertinya informasi hoaks masih menjadi sebuah informasi yang akan terus ada selama media sosial hidup. Lalu bagaimana caranya agar tidak mudah sekali terserang hoaks dan tanpa sadar ikut menyebarkannya?
Biasanya yang perlu saya lakukan adalah kroscek apakah alamat website sudah valid misalnya mulai dari nama domain dari sebuah lembaga pemerintahan atau perusahaan yang kredibel . Sehingga kita tidak ragu lagi sumber informasi tersebut memang benar adanya. Jika kita dapati website atau sumber informasi abal-abal dan menyesatkan tidak perlu lagi menggubrisnya. Abaikan dan hapus saja.
Temukan Sumber Informasi Kredibel
Ini salah satu hal terpenting seseorang yang aktif di media sosial. Harus punya sumber informasi terpercaya dalam mencari rujukan. Entah itu website berita ataupun media sosial yang sudah terverifrikasi dari pihak sananya. Apalagi sumber informasi haruslah yang orang lain sama-sama tahu akan menjadi hal paling ideal.
Kalau ingin mencari sumber berita misal dengan mengunjungi indozone.id. Berhenti menyebarkan informasi
yang setelah dikroscek ternyata informasi yang menyesatkan.
Belum ada Komentar untuk "Mengembangkan Bermedia Sosial yang Sehat di Masa Pandemi"
Posting Komentar