Pendidikan 4.0; Tugas Berat Guru Mendidik Karakter di Tengah Kepungan Generasi Gadget
Rabu, 11 Desember 2019
Tambah Komentar
Hadirnya teknologi di
tengah-tengah kita memang memudahkan bukan?! Tanpa pikir panjang seseorang akan
melahap setiap perkembangan teknologi apapun dewasa ini. Terus dan hampir Tak
terbendung. Bahkan regulasi yang mengatur teknologi sering datang belakangan
dalam mengawasi. Lalu bagaimana teknologi mempengaruhi dunia pendidikan dalam industri 4.0?
Dalam lima tahun ke depan akan
menyebabkan hilangnya 5 juta pekerjaan. Pekerjaan yang paling banyak dibutuhkan
saat ini adalah pekerjaan yang 5 atau 10 tahun yang lalu belum pernah ada.
Diperkirakan 65% anak yang masuk sekolah dasar saat ini akan bekerja pada suatu
pekerjaan yang benar-benar baru dan belum ada saat ini. (World Economic Forum,
2016)
Perpustakaan Kemendikbud |
Untuk membahas ini semua maka
pada 3 Desember lalu saya salah satu blogger yang diundang dalam kegiatan Pekan
Perpustakaan Kemendikbud 2019. Di isi oleh pemateri yang kapabel di bidangnya
langsung yaitu Ade Erlangga (Kepala Biro Komunikasi dan Layanan Masyarakat) dan
M. Hasan Chabibie (Kepala Bidang Pengembangan Jejaring, Kemendikbud).
Betapa cara akses informasi dan
pengetahuan sekarang makin instan karena adanya teknologi. Sehingga teknologi
sudah menjadi acuan dalam metode pembelajaran atau malah menjadi tujuan dari
pembelajaran. Maka lahirlah apa yang saya sebut generasi gadget. Sebuah generasi
yang hampir sepenuhnya dididik (dikendalikan)
oleh teknologi.
Sampai di sini saja saya
membayangkan betapa berat beban seorang pendidik atau guru saat ini dalam
membentuk karakter seorang murid. Pada era teknologi digital ini, guru memiliki
tantangan besar. Tantangan itu muncul karena perkembangan zaman hingga pola
pikir generasi sekarang dalam pembelajaran. Tantangan itu berupa penguasaan
teknologi sebagai metode pembelajaran dan penguasaan murid untuk menanamkan
nilai-nilai.
Narasumber acara PPK |
Beban tantangan itu tak mudah.
Benar apa kata Ade Arlangga bahwa bagaimanapun juga peran teknologi tak akan
bisa menggantikan peran seorang guru. Begitu juga peran orang tua tidak bisa
digantikan dengan adanya gadget. Karena teknologi hanyalah alat yang sifatnya
terbatas meskipun berkembang. Hal ini dikarenakan pendidikan karakter hanya
bisa diwariskan lewat penanaman nilai-nilai dari seorang guru. Sentuhan
emosional yang membentuk sikap empati hanya bisa dilakukan tatap muka di dalam
rumah atau ruang kelas. Guru yang mau belajar teknologi ia bisa berinovasi cara
mengajar dengan cara lain.
“Technology is just a tool. In terms of getting the kids working
together and motivating them, the teacher is the most important,” (Bill Gates).
Rasa-rasanya ungkapan Bill Gates
ini benar adanya. Bahwa tknologi hanyalah tool
dan peran guru tetap paling utama dalam mengendalikan murid. Tetapi guru
yang tak paham teknologi lama-lama akan benar-benar digantikan oleh teknologi.
Jangan sampai murid lebih paham akan teknologi dari pada gurunya.
Karakter Generasi |
Pendidikan Karakter di Tengah Kepungan Generasi Gadget
Guru dalam bahasa jawa adalah
akronim dari digugu lan ditiru. Artinya
guru menjadi panutan dan contoh. Guru
bukan sekadar fasilitator untuk menyampaikan ilmu pengetahuan tetapi sebagai
contoh, panutan, trend setter berpikir
yang dapat dijadikan acuan sikap dan karakter para peserta didiknya. Melalui
contoh yang baik peserta didik akan mencontoh guru sebagai teladan.
“Didiklah anak-anakmu sesuai dengan zamannya, karena mereka hidup bukan
di zamanmu,” (Ali bin Abi Thalib)
Selanjutnya tugas lain seorang
guru selain transfer knowledge yaitu
menjembatani kemajuan teknologi sekarang ini. Memang dibutuhkan guru yang gak gaptek lagi dalam menghadapi
generasi gadget ini. Seorang guru yang tak mampu mengikuti perkembangan
teknologi pasti akan ditinggalkan murid-muridnya. Peran guru menjadi semu.
Meski guru punya peran sentral di
kelas dalam belajar, nyatanya teknologi meyediakan sumber pengetahuan lewat
internet. Kini guru dengan bukunya bukanlah satu-satunya sumber
pengetahuan. Generasi gadget ini akrab
dengan dunia maya, sehingga guru wajib mengimbangi
kemampuan anak didiknya dalam memanfaatkan teknologi. Guru harus mampu
mengintegrasikan pembelajaran dengan teknologi digital sehingga lebih efektif
dan kekinian. Zaman berkembang cara mendidikpun berkembang. So, didiklah
peserta didik sesuai zamannya itu memang sebuah keharusan.
Portal Rumah Belajar |
Rumah Belajar, Pendidikkan 4.0 di Tengah Kepungan Generasi Gadget
Maka Kemendikbud sebagai
penanggung jawab mutu pendidikan di Indonesia meluncurkan apa itu Rumah
Belajar. Menjawab dunia pendidikan yang terus berkembang dengan adaptif
terhadap teknologi. Rumah belajar adalah aplikasi pembelajaran sebagai produk
pembelajaran digital untuk mendukung terwujudnya digitalisasi sekolah. Digitalisasi
sekolah adalah sebuah terobosan di dunia pendidikan dengan pemanfaatan
teknologi sebagai aspek pembelajaran.
Adanya Rumah Belajar ini
merupakan sebuah portal pembelajaran yang menyediakan bahan belajar dan
fasilitas komunikasi serta interaksi antar komunitas. Di mana guru dan tenaga
kependidikan, siswa dan masyarakat luas bisa mengakses secara online maupun
offline.
Aplikasi ini hanyalah satu
diantara cara bagaimana mewujudkan pendidikan yang selaras dengan tuntutan
revolusi industri 4.0. Maka dibutuhkan pula ekosistem pendidikan 4.0 yang mampu
menyiapkan lulusan yang siap menghadapi revolusi industri di masa akan datang
di mana mereka akan menjalani hidup. Dan pada akhirnya mempersiapkan manusia
Indonesia agar memiliki kemampuan hidup sebagai pribadi dan warga negara yang
beriman, produktif, kreatif, inovatif dan afektif serta mampu berkontribusi
pada masyarakat dan peradaban.
Belum ada Komentar untuk "Pendidikan 4.0; Tugas Berat Guru Mendidik Karakter di Tengah Kepungan Generasi Gadget"
Posting Komentar