Fakta Menarik di Balik Audisi Bulutangkis sebuah Brand Rokok
Selasa, 09 April 2019
Tambah Komentar
Siapa sangka dibalik
kecermerlangan event sebuah olah raga di negeri ini ternyata menyimpan sejuta
misteri. Bulutangkis yang notabene adalah olah raga ‘rakyat’ ini punya efek
samping yang tak disadari keberadaanya. Efek samping di sini adalah perihal
sponsorship sebuah brand rokok.
Bertahun-tahun brand rokok inilah
yang pada akhirnya menyuntikkan semangat berolahraga di sisi lain menyebarkan
zat adiktif pada saat yang sama. Dan ironisnya, anak-anak menjadi korban secara
tak langsung atau bertahap dan sistemik terhadap zat adiktif dalam bentuk
audisi bulutangkis.
Karena audisi olah raga tepok
bulu ini faktanya hanya menerima beberapa saja dari ribuan audisi yang ikut.
Dan peserta audisi anak-anak ini bertambah tiap tahunnya.
sumber: pbdjarum.org |
Sejak 2006, brand rokok tersebut
menggelar audisi beasiswa bagi anak-anak untuk mendapatkan pelatihan
bulutangkis. Semula audisi beasiswa yang diperuntukkan bagi remaja usia 15
tahun dan hanya digelar di kota kudus. Pada tahun 2015, audisi ini melebar ke
berbagai kota di Indonesia dan pada tahun 2017 pesertanya yaitu usia 6 sampai
15 tahun.
Peningkatan jumlah peserta
terlihat naik tajam pada 2015, tahun dimulainya audisi beasiswa bulu tangkis
Djarum di sembilan kota—sebelumnya hanya di Kudus. Namun, berbeda dengan
peningkatan jumlah peserta, kuota penerima beasiswa yang lolos final tak
beranjak jauh. Jika rasio peserta audisi empat kali lipat, kuota penerima
beasiswa hanya bertambah 0,85 kali lipat.
Meskipun telah diakui promosi
audisi ini sekaligus mempromosikan Djarum sebagai merek rokok, spanduk dan
baliho yang terpasang di kota tempat audisi ini digelar, tak mengusik
pemerintah daerah untuk bertindak. Padahal, PP 109/2012 tentang pengamanan
bahan yang mengandung zat adiktif berupa produk tembakau, memberikan wewenang
kepada pemerintah daerah untuk mengatur iklan rokok luar ruang.
Di Balikpapan, misalnya, ada
Peraturan Wali Kota Nomor 24 Tahun 2012 Tentang Kawasan Sehat Tanpa Rokok.
Dalam Bab II Pasal 3 poin C disebutkan bahwa Kawasan Sehat Tanpa Rokok
bertujuan untuk melindungi kesehatan masyarakat umum dari dampak bahaya merokok
baik langsung maupun tidak langsung. Pada poin F juga disebutkan bahwa Kawasan
Sehat Tanpa Rokok juga bertujuan meningkatkan kesadaran, kemauan, dan kemampuan
hidup sehat dari asap rokok. Aturan itu ditegaskan dalam Bab III Pasal 4 yang
menyatakan Kawasan Sehat Tanpa Rokok meliputi tempat-tempat umum dan Gelanggang
Olah Raga.
Studi Universitas Muhammadiyah
Jakarta telah menemukan bahwa 45 persen remaja yang merokok mula-mula terpapar
oleh iklannya, dalam bentuk apa pun. Menurut Gian Carlo, spanduk, baliho, kaos
yang dipakai peserta audisi dan panitia yang mengandung merek Djarum adalah
bagian dari promosi karena bisa meningkatkan pengetahuan masyarakat yang
melihatnya terhadap produk tersebut.
Apalagi, pemasangan baliho dan
spanduk itu, juga pemakaian kaos dalam acara sebuah perusahaan, ditengarai tak
membayar pajak kepada pemerintah daerah. Padahal, potensi penerimaan daerah
dari iklan lumayan sebagai bagian dari pendapatan bagi kota tersebut.
Jika pajak satu spanduk Rp
125.000, berarti ada Rp 507.025.000 potensi kehilangan pajak pemerintah daerah
pada 2017 karena ada 4.058 kaos yang dipakai anak-anak selama masa audisi.
Belum lagi jumlah spanduk yang berderet tiap kota dan perhitungan biaya
mencetak spanduk dan kaos yang berbeda.
Di luar acara, karena kaos
tersebut bisa bertahan setidaknya satu tahun, mereka juga memakainya ketika
bermain bulu tangkis di gedung-gedung olah raga. Kata “keren” menurut peserta
audisi berasosiasi pada kebanggaan karena mereka bisa menembus turnamen ini.
Temuan penelitian di Pedriatics
diperkuat oleh temuan serupa US Surgeon General Report pada 2012. Mereka
menyimpulkan bahwa iklan dan kegiatan promosi oleh perusahaan rokok berpengaruh
langsung terhadap kebiasaan merokok di kalangan remaja dan dewasa muda. Maka
anak-anak dan remaja adalah target industri rokok untuk meluaskan jumlah
konsumen dan mempertahankan industri mereka.
Caranya bisa bermacam-macam.
Iklan dan promosi adalah cara ampuh untuk mencapai konsumen baru ini. Ketika
negara makin awas dengan daya rusak racun nikotin, sehingga promosi dibatasi,
industri kian kreatif membuat advertising untuk menggapai tujuan utama mereka.
Salah satunya mengenalkan merek dengan topeng yang mengusung wajah sebaliknya.
Maka industri rokok paling gencar
menjadi sponsor acara- acara musik dan olah raga. Selain merengkuh audiens muda
pada dua sektor itu, industri rokok tengah mencitrakan diri sebagai perusahaan
yang menyokong hal-hal baik. Hal ini sama seperti pelintiran industri rokok
bahwa merokok ternyata bermanfaat bagi kemanusiaan karena cukainya dipakai
untuk menambal asuransi kesehatan bagi Badan Pelayanan Jaminan Sosial. Padahal,
ini logika yang terbalik.
Belum ada Komentar untuk "Fakta Menarik di Balik Audisi Bulutangkis sebuah Brand Rokok"
Posting Komentar