Jumpa Pers Akhir Tahun (2017) : Sambut Tagline Wisata 2018, Semakin Digital Semakin Global
Senin, 25 Desember 2017
Tambah Komentar
Beberapa hari yang lalu saya
kembali dicalling seorang temen
blogger (TDB). Menghadiri acara tahunan dari kemenpar. Jumpa Pers Akhir Tahun
2017. Bertempat di Balairung Soesilo Soedarman, Gedung Sapta Pesona, Kamis
(21/12)
Meskipun ini kali kedua (jadi inget Raisa kalau nulis ‘kali kedua’),
tidak pernah membuat saya bosan. Akhirnya saya mengiyakan dengan mengajak dua
teman lainnya. Lalu...inilah yang terjadi di akhir acara: saya selalu punya
spirit baru dan berpikiran positif tentang masa depan. Seorang Arief Yahya (Menpar)
yang selalu punya cara untuk melihat semuanya secara positif dan elegan.
Saya dan Temen2 TDB |
Kurun waktu tiga tahun seorang
Arif Yahya berhasil menyulap dunia pariwisata Indonesia from nothing ton something. Yang selalu ia ucapkan adalah untuk
memperoleh hasil yang luar biasa harus dengan cara yang tidak biasa. Agaknya
hal itu menjadi kenyataan alias fakta kerja beliau sebagai menteri.
Bagaimana tidak, apalagi sejak
Presiden Joko Widodo menetapkan pariwisata sebagai sektor unggulan (leading
sector) pembangunan nasional. Pariwisata menjadi komoditas yang paling
berkelanjutan dan menyentuh hingga level masyarakat bawah. Performa pariwisata
menanjak saat beberapa komoditas lainnya, seperti minyak, gas, batubara serta
kelapa sawit terus turun. Dari semua
platform industri, pariwisata mengalami pertumbuhan paling cepat.
Pariwisata di tahun 2017 mampu
tumbuh dengan sangat meyakinkan yaitu 24% atau sekitar 11 jutaan. Diproyeksikan
sampai akhir tahun ini dengan kunjungan mencapai 14 juta wisman (target ini agak meleset dari 15 juta karena kondisi Bali yang terdampak erupsi
gunung Agung). Artinya dengan tumbuhnya sebesar itu telah mampu mengalahkan
beberapa negara tetangga seperti Thailand dan Malaysia (dua negara ini menjadi kompetitor dari dulunya). Hanya saja di level
ASEAN Indonesia masih kalah dari Vietnam yang tumbuh mencapai 25,2%.
"Pertumbuhan pariwisata Indonesia
sebesar 24%, jauh di atas pertumbuhan pariwisata regional ASEAN 7% dan
pariwisata dunia 6,4 %, ini menguatkan keyakinan kita untuk meraih target pada
2018 sebesar 17 juta wisman,” kata Arief Yahya.
Transformasi Pariwisata Digital
Di tahun ini pula Indonesia masuk
top-20 fastest growing travel destination
in the world. Yaitu sebuah negara dengan pertumbuhan pariwisata tercepat
yang dicapai selama tiga tahun. Saya tidak heran sih bukan berarti tidak kagum atau sedang tidak mengapresiasi
kinerja kementrian pariwisata. Tapi justru sebaliknya, kapasitas Arief Yahya
sebagai seorang menteri memang sangat menjanjikan.
Selain detail dengan target angka
sekian dan sekian. Bulan per bulan harus berapa. Dibangun juga sebuah corporate culture, untuk mengubah
kebiasaan lama yang buruk menjadi lebih baik. Persaingan ke depan adalah siapa
yang cepat memakan yang lambat. Bukan lagi yang besar mengalahkan yang kecil.
Maka dalam hal kepariwisataan diperlukan transformasi digital.
Revolusi digital tidak bisa
dihindari. Secara alamiah akan mengubah dunia dan menciptakan model bisnis
baru. Adapun tiga bisnis yang terpengaruh oleh perubahan sekarang selain
komunikasi dan transportasi adalah pariwisata. Perubahan gaya hidup yang
semakin digital membuat semua semakin go
digital—komunikasi lebih bersifat personal, mobile dan interaktif. Karena
sekitar 70% dari pencarian dan sharing data menggunakan cara digital. Media
digital bahkan dinilai empat kali lipat lebih cepat dibanding konvensional.
Semua dilakukan secara digital.
Maka memang tidak heran ketika muncul pemain-pemain baru seperti Google,
Facebook dan Whatsapp yang menguasai industri telekomunikasi. Di industri
transportasi ada pemain seperti Gojek, Uber dan LCC. Sektor pariwisata pun tak
ketinggalan munculnya travel agent secara
online, Traveloka, Tripadvisor dan Travelio. Taglinenya adalah semakin digital semakin global.
“Industri pariwisata, cepat atau
lambat akan menghadapi perubahan yang revolusioner dan untuk bersaing
pariwisata harus mengikuti perubahan gaya hidup konsumen,” kata Arief Yahya.
Itu bisa juga ditafsirkan kalau
industri pariwisata relate dengan
generasi milenial. Karena 10 tahun lagi generasi mileniallah yang akan
menguasai dan mempengaruhi pasar. Generasi milenial punya karakter mandiri, kerja
bersama, inovatif dan sering online.
Maka sekarang kita mengenal
istilah always connected travellers, di
manapun dan kapanpun mereka saling terkoneksi dengan adanya mobile apps dan mobile devices. Dengan go
digital, rasa optimis pun terbangun, makin confidence, makin yakin dan semakin digital semakin personal.
Semakin digital semakin global. Semakin digital semakin profesional.
“Dan semakin digital maka akan
bisa menjangkau konsumen global dari manapun berada di muka bumi ini. Begitu
kita menggunakan platform digital,
maka kita bisa diakses oleh wisatawan dari manapun di seluruh dunia.,” pungkas
Arief Yahya menteri yang dulunya menahkhodai PT Telkom ini.
Hail ini diperkuat dari
penelitian UNWTO pada 2017 mengenai aktivitas wisatawan yang memakai platfom
digital, diketahui sekitar 82% wisatawan lebih suka mencari langsung infromasi
destinasi secara digital. 53% untuk mencari akomodasi, 47% untuk mengetahui
transportasi di destinasi wisata, 36% untuk mengetahui rekomendasi restoran
atau tempat makan dan 40% mencari tahu aktivitas wisata yang dilakukan.
Tw @andik_ir
IG @andik_ceritanya
IG @andik_ceritanya
Belum ada Komentar untuk "Jumpa Pers Akhir Tahun (2017) : Sambut Tagline Wisata 2018, Semakin Digital Semakin Global"
Posting Komentar