Ibu Maafkan Aku: Cocok Buat Nangis Bareng
Rabu, 02 November 2016
Tambah Komentar
Onasis Media Intertaimen agaknya
berhasil mendapatkan poin sebagai PH baru dengan film ini. Film IBU Maafkan
Aku. Daya gedor utama film ini menurut saya adalah terlibatnya aktor sekaliber Christine
Hakim. Keberadaan yang sering dikatakan sebagai legenda hidup aktor perfilman
nasional sudah cukup sebagai garansi film ini layak untuk ditonton.
Sinopsis
Film Ibu:
Maafkan Aku menceritakan kehidupan Hartini (Christine Hakim)
yang harus membesarkan ketiga orang anaknya sendirian sepeninggal suaminya.
Untuk memenuhi kebutuhan hidup mereka, Hartini bekerja sebagai pemecah batu di
dekat rumahnya di daerah Kidul, Yogyakarta. Sewaktu sang ayah masih ada, Banyu
dan Gendis yang masih SD diajarkan untuk semangat mengejar cita-cita mereka.
Banyu bermimpi menjadi pilot, sedangkan Gendis ingin menjadi dokter.
Menginjak masa SMA, Banyu (Ade Firman Hakim) yang menjadi pemimpin
keluarga mulai mendominasi dengan sifatnya yang keras. Terutama kepada Gendis
(Meriza Febriani) juga kepada adik mereka yang masih SD, Satrio. Sifatnya kerap
kali mengundang konflik, apalagi dia tidak memperbolehkan Gendis untuk menjalin
hubungan asmara dengan Panji (Rezca Syam) agar tidak merusak cita-citanya
menjadi dokter.
Lulus SMA, Banyu memutuskan untuk mengejar cita-citanya menjadi
pilot dengan merantau ke Jakarta. Dengan berat hati, seluruh keluarga terutama
Hartini melepas kepergiannya. Setahun berselang, giliran Gendis pergi menutut
ilmu ke Yogyakarta untuk mewujudkan impiannya menjadi dokter. Kepergian mereka
membuat Hartini bertahun-tahun hanya tinggal bersama Satrio (Marcelino). Setelah
sekian lama, Banyu berhasil menjadi Pilot, dan Gendis berhasil menjadi dokter.
Namun Hartini belum merasa berbahagia.
Review Film
Beruntung sekali saya berkesempatan hadir dalam beberapa sesi dan
mengikuti beberapa jejak kecil dari film ini. Mulai dari preview filmnya sampai
penayangan bersama pers kemarin di Plaza Indonesia, Jakarta.
Ibu Maafkan Aku. Berhasil menawarkan cerita yang sederhana,
tentang sesosok ibu namun mampu diekseskusi secara apik nan sempurna, hampir-hampir.
Plot film juga simple, karena setting tempat sebagian besar di satu rumah saja
di Gunung Kidul, Yogyakarta. Meski tema dengan mengambil sosok ibu jamak
ditemukan di film nasional. Film Ibu Maafkan Aku begitu berbeda.
Mengapa demikian? Jika umumnya film drama cenderung lebay sisi
dramanya, di film ini berhasil disajikan lebih smooth dan tidak terkesan
menggurui, lebih natural dan easy watching untuk kita yang demen genre drama.
Alur film di pembukaan awal sudah disuguhkan dengan kesedihan di
mana sosok ayah sebagai kepala keluarga meninggal. Di bagian awal masih biasa
saja baru setelah ini keberadaan ruh filmnya baru dimulai. Penonton akan
pelan-pelan diajak masuk ke wilayah emosi seorang Ibu tanpa ampun. Lewat
konflik keluarga antara seorang Ibu yang sangat sayang akan anak-anaknya dan
juga seorang anak yang ingin membahagiakan ibunya, film ini dirangkai
dengan setting value di situ.
Set up atmosfer perjuangan seorang Ibu yang diperankan Christine
Hakim sangat memukau dan siapapun yang menonton akan mencapai titik emosional
tersendiri. Jika tujuan film ini mengantarkan emosional untuk mengenal lebih
dekat dengan Ibunya, maka sudah saya anggap berhasil melakukannya. Karena
hampir sebagian besar penonton melelehkan air matanya, termasuk saya
xixixixixixi.
Sisi lain menariknya ialah penonton tidak melulu diajak untuk melihat betapa pentingnya peran
dan perjuangan sosok Ibu untuk anak-anaknya. Tapi juga mengajak lebih dalam
melongok lebih halus peran masing-masing diri sebuah anggota keluarga. Asyiknya
di situ.
Seorang anak dituntut untuk bisa bijak menerjemahkan keinginan seorang ibu dan keinginan pribadinya. Dan seorang ibu juga dituntut untuk melihat lebih sabar keinginan seorang anak untuk kebahagiaannya. Dan itu semua dikembalikan ke masing-masing pribadi penonton untuk bagaiamanapun perjuangan seorang ibu ia tidak pernah benar-benar selesai untuk anak-anaknya. Sampai kapanpun. Kiranya demikian.
Seorang anak dituntut untuk bisa bijak menerjemahkan keinginan seorang ibu dan keinginan pribadinya. Dan seorang ibu juga dituntut untuk melihat lebih sabar keinginan seorang anak untuk kebahagiaannya. Dan itu semua dikembalikan ke masing-masing pribadi penonton untuk bagaiamanapun perjuangan seorang ibu ia tidak pernah benar-benar selesai untuk anak-anaknya. Sampai kapanpun. Kiranya demikian.
Peforma Christine Hakim sebagai ibu Hartini memang tidak ada
duanya. Jika peran ibu tidak diperankan olehnya tentu film ini akan lain
rasanya. Begitu totalitas, aura keibuannya bisa sedekat itu menyentuh emosi
penonton, sesengukan tangisnya menyeret kuat kita secara langsung untuk
terlibat.
Peran anak yang diperankan oleh Ade Firman Hakim (Banyu) dan
Meriza Febriani (Gendhis) layak diapresiasi. Keduanya mampu menghidupkan peran
seorang anak dengan caranya masing-masing dalam melihat persoalan keluarga.
Film Ibu Maafkan Aku akan tayang serentak 10 November sekaligus
peringatan hari pahlawan. Sangat merekomendasikan menonton film ini. Pas untuk nangis bareng-bareng xixixixixi. Target
satu juta penonton seharusnya tercapai di film ini. Karena film ini layak untuk
dapat lebih dari itu.
Andik Ir
Belum ada Komentar untuk "Ibu Maafkan Aku: Cocok Buat Nangis Bareng"
Posting Komentar