Cahaya Cinta Pesantren: Sebuah Nostalgia Romatik Merah Jambu
Minggu, 16 Oktober 2016
1 Komentar
Cahaya Cinta Pesantren. Film
garapan sutradara Raymond Handaya ini semakin menambah spektrum perfilman tanah
air. Meski tergolong masih hijau dalam dunia perfilman, hadirnya film-film aroma
Islami garapan Raymond yang notabene non muslim tentu sangat layak diapresiasi.
Tidak saja karena kapasitasnya sebagai sutradara tapi juga karena nilai toleransi
di dalamnya.
Film Cahaya Cinta Pesantren yang
di produseri ustad Yusuf Mansur ini bercerita tentang banyak hal kaitannya
kehidupan percintaan di dunia pesantren seperti apa. Tentu akan mengingatkan
kita pada film dengan tema yang sama yang booming waktu itu, Negeri Lima
Menara. Meski sama-sama diadaptasi dari novel Islami, Cahaya Cinta Pesantren
karya novelis Ira Madan ini lebih menyuguhkan film dengan sudut pandang seorang
gadis batak. Sementara Negeri Lima Menara yang kita tahu tokohnya cowok.
Adalah Marshila Silalahi atau akrab
dipanggil Shila (Yuki Kato). Seorang anak nelayan di pinggiran danau Toba yang
ingin bersekolah di SMA Negeri favorit di Medan. Namun karena tidak lolos dan keterbatasan
biaya membuat Shila harus bersekolah di pesantren. Keputusan untuk sekolah di
pesantren membuat Shila harus bersitegang dengan orangtuanya, khususnya sang
Ayah yang sebenarnya sangat dicintainya. Karena Ayahnya memutuskan yang terbaik
buat Shila adalah sekolah di pesantren. Bagi Shila sekolah di pesantren adalah
dunia yang penuh dengan kekangan dan tidak bisa bebas.
Di pesantren inilah seorang Shila
yang tomboy bertemu dengan tiga teman baru yang kemudian menjadi sahabat. Ada
Manda (Febby Blink), Aisyah (Via Blink) dan Icut (Vebby Palwinta). Ke empatnya
menjalin persahabatan karena idealisme yang sama, sama-sama tidak setuju dengan
sistem di pesantren. Terutama Shila yang urakan dan Manda yang kalem, keduanya
bahkan harus mencari cara untuk kabur dari pesantren. Namun takdir
menggagalkannya dan membuat mereka mencoba adaptasi kembali dan menemukan jati
diri masing-masing.
Cerita Cinta Pesantren juga
bercerita tentang asmara, merah jambu khas anak pesantren. Kehidupan percintaan
remaja pesantren yang harus kucing-kucingan dengan sistem pesantren yang
melarang (mengharamkan) pacaran menjadi salah satu entry poin film ini. Di
antaranya keterlibatan Rizky Febian yang berperan sebagai Abu membuat film ini
jadi kocak dan hidup. Jatuh cinta dengan Shila yang ditampilkan absurd
memancing tawa penonton. Pola tingkahnya yang lucu di film sangat simetris
dengan ayahnya (Sule). Karena kesan komedi film ada di peran Abu ini salah
satunya.
Sampai pada akhirnya nilai-nilai
persahabatan mereka menjadi pertaruhan yang membawa aroma persaingan dan
kebencian satu sama lain. Seperti kita tahu, sampai klimaksnya mereka sadar
akan kondisi dan apa yang ia cari selama ini dalam hidup. Tentang keihklasan
kepada Allah.
Review Film.
Film Cahaya Cinta Pesantren yang
ditelurkan Fullframe Pictures ini tergolong film komedi romantis dengan durasi
yang cukup panjang. Jika tidak saja pengemasan yang apik dan menghibur akan
sangat garing banget dan kelelahan menonton. Karena saya kadang harus bersabar
untuk menyelesaikan durasi lebih dari 120 menit. Tapi agaknya ditutupi dengan
jalan cerita yang ragam dari plot-plot yang kadang lucu berganti sedih,
semangat petualangan dan setres karena tekanan. Belum lagi bumbu merah jambu
yang bertebaran di sepanjang scene mampu membuat film ini menjemput penontonnya
sendiri.
Meski beberapa bagian cerita
bakal ketebak alur ceritanya, seperti kematian ayahnya Shila yang membuatnya
sedih dan mencoba mengambil hikmah artinya kehilangan kasih sayang sebenarnya.
Di bagian ini biasanya saya menilai kadang lebay dan cenderung klise tertutupi
oleh akting Yuki Kato yang sangat apik dan totalitas. Karena seorang gadis yang
tomboy ternyata bisa tampil sefeminin dan sedih yang mengharu biru saat
kehilangan sosok ayah.
Nilai-nilai humanis dalam film
juga sangat kaya dalam film ini. Dan ini sangat layak untuk diapresiasi. Cara
menyulamnya juga tidak kaku tapi mengalir, padahal banyak film kadang absen di
bagian ini dan cenderung terlihat kurang alus. Tapi di film ini sangat apik dan
terasa smooth sehingga film menjadi berlangsung cepat tanpa terasa.
Nilai-nilai kekeluargaan memang
menjadi setting value di film, di awal sampai akhir film terus menjadi bagian
utama. Nilai persahabatan juga begitu mendominasi di bagian tengah, khas remaja
pesantren yang mungkin memancing nostalgia buat mereka yang pernah belajar di
pesantren. Dalam skala pribadi banyak nilai-nilai perjuangan membentuk jati
diri dan konsistensi meraih cita-cita layak diserap. Dan tentu cinta merah
jambu yang menghiasi sebagian besar film bakal mendapat ruang tersendiri di
hati penonton.
Film ini layak untuk di tonton
sekeluarga, bareng sahabat segengan juga bakal menarik. Momen-momen nostalgia
juga akan menempatkan kita akan kehidupan masa sekolah. Secara umum film ini
sangat menghibur dan menginspirasi. Memberikan dan menguatkan sudut pandang
baru tentang pendidikan di pesantren. Muatan dakwahnya lebih humanis untuk
dicerna, karena unsur kekiniannya juga terasa di film. Bagi saya film Cahaya
Cinta Pesantren merupakan nostalgia romantik yang tak ingin dilupakan
xixixixiiixxi....
Film Cahaya Cinta Pesantren akan menggelar
layar perdananya, 22 Oktober 2016. Catat yaaak!
Beruntung saya dan beberapa
sahabat Blogger diundang untuk menyaksikan film ini pertama kalinya. Hadir pula
beberapa pemain inti, yaitu Yuki Kato yang bikin hati nyes-nyes xixixixiix...
tampil dengan jilbab nan berbusana Islami membuatnya anggun sekali sore itu (15
Oktober 2016).
Meski tidak bisa berfoto dan
bertanya langsung dengan Yuki Kato karena antrean yang bejibun, Alhamdulillah
bisa sedikit bertanya dengan ustad Yusuf Mansur sebagai produsernya. Beliau
berharap film ini banyak ditonton dan penonton mampu mengambil nilai-nilai di
dalamnya.
Andik Ir.
Mancaaaap
BalasHapus