REVIEW FILM NGENEST: Kadang Hidup Perlu Diketawakan
Senin, 28 Desember 2015
Tambah Komentar
Sutradara : Ernest Prakasa
Penulis : Ernest Prakasa
Pemain : Ernest Prakasa, Lala Karmela,
Morgan Oey, Kevin
Anggara, Brandon Salim
Produksi : Starvision
Jika boleh menuduh, komika(stand
up comedian) seperti Raditya Dika (Single), Alit Susanto (Relationshit) telah menjadi
motor penggerak seorang penulis sekaligus comedian yang memfilmkan bukunya.
Jejak itu juga ditapaki Ernest Prakasa lewat ‘Ngenest’. Menarik, bukan?!
“Ngenest“. Kadang Hidup Perlu Diketawakan.
Tagline di atas cukup menyentil. Meski ditujukan dalam bahasa komedi
justru sangat relevan untuk ditanggapi maknanya dari sisi yang serius. Kadang
hidup memang harus sesekali diketawakan. Nah, Ernest Prakasa mencoba melakukan
itu pada dirinya. Lewat film Ngenest, kita diajak menertawai hidup kita selama
ini. Khususnya masa-masa lampau yang pahit dapat kita ambil bagian manisnya.
Agaknya benar, masa lalu yang menyakitkan pada saatnya nanti menjadi nostalgia romantic
yang tak ingin dilupakan. Ernest Prakasa melakukan itu dengan film ini.
Ngenest.
Benang emas dari film ini adalah
anak keturunan Tionghoa (saat Orde Baru) yang kerap dirundung duka karena
dibully semasa sekolah maupun kehidupan nyata. Lalu ia mencoba membaur dengan
pribumi untuk menghilangkan steorotipe kecinaannya. Menikahlah ia dengan
pribumi.
Sinopsis.
Ernest (Kevin Anggara/Ernest Prakasa) tidak pernah memilih bagaimana ia
dilahirkan. Tapi nasib menentukan, ia terlahir di sebuah keluarga Cina. Tumbuh
besar di masa Orde Baru dimana diskriminasi terhadap etnis Cina masih begitu
kental. Bullying menjadi makanan
sehari-hari. Ia pun berupaya untuk berbaur dengan teman-teman pribuminya, meski
ditentang oleh sahabat karibnya, Patrick (Brandon
Salim/Morgan Oey). Sayangnya berbagai upaya yang ia lakukan tidak juga
berhasil, hingga Ernest sampai pada kesimpulan bahwa cara terbaik untuk bisa
membaur dengan sempurna adalah dengan menikahi seorang perempuan pribumi.
Ketika kuliah di Bandung, Ernest
berkenalan dengan Meira (Lala Karmela).
Meski melalui tentangan dari Papa Meira (Budi
Dalton), tapi akhirnya mereka berpacaran. Dan kemudian menikah, dengan adat
Cina demi membahagiakan Papa dan Mama Ernest (Ferry Salim dan Olga Lidya)
Berhasil menikah dengan perempuan
pribumi ternyata tidak menyelesaikan pergumulan Ernest. Ia mulai dirundung
ketakutan, bagaimana jika kelak anaknya terlahir dengan penampilan fisik persis
dirinya? Lalu harus mengalami derita bullying persis dirinya? Ketakutan ini
membuat Ernest menunda-nunda untuk memiliki anak.
Press Conference Gala Premiere |
Apresiasi dan Catatatan Kritis. Karena
berangkat dari background stand up comedian
pula sang pembuat film cukup apik mengemas sisi kelucuannya. Nggak heran sih,
mereka yang sering atau penggila stand up comedy akan mampu menganalisa punchline-punchline dalam dialog filmnya.
Tak berlebihan, deretan bintang stand up comedy tanah air juga ikut main dalam
film. Siap-siap saja perut kita kembung dengan gelegak tawa.
Ledakan-ledakan tawa hampir ada
di tiap bagian. Poin plus ada pada pengemasan film. Karena tidak melulu tentang
‘kecinaannya’ yang dieskpose. Namun juga ada beberapa sisi romantic yang
dibalut kelucuan. Dialog-dialog kontemplatif(renungan) dalam pertemanan pun
rumah tangga juga mewarnai hamper separo film. Sulaman-sulaman lucu di tiap-tiap
bagian film agaknya menjadi poin yang perlu dimasukkan.
Catatan kritis ada pada materi-materi
komedi dalam dialog yang sebenarnya vulgar. Penempatan kata-kata dildo, kondom,
biji dst. kadang terasa ‘risih’ untuk didengar. Seharusnya materi-materi komedi—meski
dimaksudkan lucu—baiknya mengeliminir hal-hal seperti itu. Apalagi jika
ditonton untuk anak-anak sekolah. Beberapa dialog ada yang garing tapi masih cukup
wajar untuk ditujukan sebagai hal yang lucu.
Terakhir. Suara emas Mikha Angelo dari The Overtunes menghiasi sebagai soundtrack pengisi film. Semoga film
ini akan menjadi penghibur akhir tahun penikmat film komedi.
Biar ga ngenes nonton yuuk…’Ngenest’
pada tanggal 30 Desember 2015. Serentak di bioskop. Karena hidup kadang perlu
diketawakan.
Reviewer. Andik_IR
Penulis bersama Sahabat KOPI |
Belum ada Komentar untuk "REVIEW FILM NGENEST: Kadang Hidup Perlu Diketawakan"
Posting Komentar