KERAJAAN GALUH; Kerajaan Islam Pertama dari Tanah Sunda

Kerajaan Galuh adalah kerajaan Sunda di pulau Jawa terletak di wilayah antara sungai Citarum dan sungai Ciserayu. Kerajaan yang meneruskan dari kerajaan Kendan, bawahan dari kerajaan Tarumanegara. Kerajaan Galuh disebut-sebut sebagai kerajaan Sunda pertama yang memeluk Islam.

Cerita mengenai sejarah kerajaan Galuh banyak ditemui dalam naskah kuno Carita Parahiyangan yakni cerita berbahasa Sunda pada sekitar akhir abad ke-16. Naskah ini umumnya menceritakan sejarah Sunda dari awal kerajaan Galuh sampai runtuhnya Pakuan Pajajaran karena perang. Banyak menceritakan sejarah tanah Sunda terutama mengenai kekuasaan di kerajaan Sunda yaitu Keraton Galuh dan Keraton Pakuan sebagai ibu kota.

HAJI PURWA

Disebutkan bahwa orang pertama di tanah Sunda yang memeluk agama Islam adalah Bratalegawa yaitu putra kedua dari Prabu Gur Pangandiparamarta Jayadewabrata atau Sang Bunisora, seorang penguasa kerajaan Galuh sekitar abad ke-13. Sang Bunisora menggantikan kakaknya, yang bernama Prabu Maharaja. Prabu Maharaja gugur saat terjadi perang Bubat yaitu perang antara kerajaan Pajajaran dan Majapahit.

Pada awalnya Bratalegawa adalah seorang saudagar yang sering melakukan pelayaran ke berbagai negeri. Melanglang buana ke Sumatra, Cina, India, Srilangka sampai ke timur tengah, negeri Iran dan Arab. Kemudian ia bertemu dengan seorang muslimah dari Gujarat, India yang bernama Farhana binti Muhammad dan menikah dengannya. Semenjak pernikahan itu ia memeluk agama Islam. Dialah orang pertama Sunda yang memeluk Islam sekaligus orang yang pertama kali melakukan ibadah haji. Selanjutnya ia dikenal dengan sebutan Haji Purwa karena orang pertama yang berhaji dari kerajaan Galuh.

Pada tahun 1337 M, Haji Purwa bersama istrinya kembali ke Kerajaann Galuh setelah menunaikan haji. Setelah kembali ia bertemu dan bersilaturahmi dengan adiknya yang bernama Ratu Banawati, mengajaknya memeluk agama Islam. Ratu Banawati menolak ajakannya. Ia beralih ke Cirebon untuk bertemu kakaknya, Giridewata atau lebih dikenal Ki Gedeng Kasmaya, penguasa kerajaan Cirebon namun juga menolak ajakannya untuk memeluk Islam. Andik Irwanto/berbagai sumber